Sabtu, 05 September 2009

Mengisi Bulan Ramdhan

Upaya memakmurkan Masjid

Masjid berarti tempat untuk bersujud. Secara terminologis diartikan sebagai tempat beribadah umat Islam, khususnya dalam menegakkan shalat. Masjid sering disebut Baitullah (rumah Allah), yaitu bangunan yang didirikan sebagai sarana mengabdi kepada Allah

Banyak Masjid didirikan umat Islam, baik Masjid umum, Masjid Sekolah, Masjid Kantor, Masjid Kampus maupun yang lainnya. Meskipun telah dikelola oleh pengurus, namun secara umum pengelolaan (management) Masjid kita masih memprihatinkan.
Apa kiranya solusi yang bisa dicoba ditawarkan dalam meng-aktualkan fungsi dan peran Masjid di era modern? Hal ini selayaknya perlu kita pikirkan bersama, agar Masjid dapat menjadi sentra aktivitas kehidupan umat sebagaimana telah ditauladankan oleh Rasulullah bersama para sahabatnya.

Masjid yang makmur adalah masjid yang berhasil tumbuh menjadi sentral dinamika umat, benar-benar berfungsi sebagai tempat ibadah dan pusat kebudayaan islam dalam arti luas. Adalah tugas da tanggung jawab seluruh umat islam untuk memakmurkan masjid, sebagaimana :

Firman Allah dalam QS Attaubah : 18

”Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada-Nya dan hari kemudian, serta (tetap) mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun), kecuali kepada Allah. Maka, mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Attaubah [9]: 18).


Upaya yang dilakukan untuk memakmurkan masjid tergantung dari kesadaran diri pribadi seorang muslim, yaitu :

1.Kegiatan Pembangunan

Mesjid perlu di pelihara sebaik-baiknya, misalnya dengan diadakan agenda membersihkan mesjid baik seminggu sekali atau minimal 1 bulan sekali. Sehingga ketika kita melaksanakan ibadah dengan tempat yang bersih akan menambah rasa khusu kita dalam beribadah

2. Kegiatan Ibadah

Meliputi Shalat berjamaah 5 waktu, shalat Jumat, dan shalat taraweh.

Saya akanmenekankan pada shalat berjamaah , karena sangat penting bagi kta, merupakan sunnah Muakkad dan Sabda Rasul :

“nilai shalat berjamaah lebih utama dan lebih mulia dari pada shalat sendiri dengan 27 derajat.”

Filosofi Shalat berjamaah, mengandung pelajaran :

Abu Mas'ud r.a., sahabat Nabi saw, menyampaikan sebuah kisah. Suatu ketika, saat hendak shalat berjamaah, Nabi menyentuh setiap bahu kami sambil bersabda: "Luruskan shafmu, jangan bengkok-bengkok. Shaf yang bengkok akan menyebabkan hatimu terpecah-belah." (HR Muslim).

Hadis tersebut mengandung makna yang sangat patut kita renungkan. Ternyata ada hubungan yang erat antara keadaan shaf umat Islam ketika salat berjamaah dengan keadaan hati mereka. Padahal, hati itulah yang menentukan rasa persaudaraan, persatuan, dan kesatuan umat.

PAhala Shalat Subuh berjamaah :

Sabda Rasulullah saw, yang di riwayatkan oleh dari Abu Hurairah RA Rasulullah bersabda :

“ Kalau sekiranuyya manusia mengetahui apa yang tersembunyi dalam adzan dan shaf pertama, maka mereka tidak akan mendapakan bagian kecuali dengan jalan di undi didalamnya, niscaya mereka akan ikut serta dalam undian (banyak yang berbondong-bondong guna mendapatkan shaf pertama). Dan jika mengetahui apa yang di dapatkan di awal kedatangan (Shalat berjamaah), niscaya akan berlomba-lomba. Dan jika mereka mengetahui apa yang tersimpan di dalam shalat shubuh dan isya maka mereka akan mendatanginya walau dengan merangkak”. (HR Al Bukhari)

“ Dua Rakaat fajar (shalat sunnah sebelum shubuh) lebih baik dari dunia dan seisinya:. (HR Muslim)

“ Barang siapa mengerjakan shalat shubuh dengan berjamaah kemudian duduk berdzikir kepada Allah hingga terbit matahari, kemudia shalat 2 rakaat, maka baginya seperti pahala haji dan umrah yang ditunaikan dengan sempurna…. Dengan sempurna… dengan sempurna” (HR At-Tirmidzi)

Filosofi sholat:

1. Takbir al-Ihram :isyrat untuk memohon ampun dari segala dosa dan kesalahan.

Visualisasi orang yang lemah dia aniaya maka ia mengangkat tanganya di artas kepala dan bilang ampun..2

2. Meletakkan kedua tangan di atas dada dalam keadaan berdiri. Tangan kiri dipegang oleh tangan kanan. Maknanya :

a. Pertama, bahwa posisi kiri merupakan simbol dari kejelekan atau kejahatan (Ahli syimal=Neraka) sedangkan posisi kanan merupakan simbol dari kebaikan (Ahli Yamin=Syurga)

b. Kedua, Posisi berdiri mengandung makna perjalanan hidup (Subul Al-hayat) manusia sejak lahir sampai meninggal dunia. Oleh karena itu hiduplah di jalan kebenaran secara konsekuen dan istiqomah dan jangan hidup di jalan kejahatan atau kesesatan yang hina.(QS. al- Mulk : 2).

3. Pandangan selalu menunduk ke tempat sujud. Gerakan tersebut mengandung makna bahwa dalam perjalanan hidup di dunia manusia harus senantiasa ingat akan tanah tempat sujud artinya kematian, sebab kematian merupakan nasihat yang paling efektif bagi manusia yang berakal.

4. Gerakan berikutnya adalah ruku.. Adalah gerakan yang menggambarkan bahwa ego dan nurani berada dalam posisi yang sama, sejajar. Fase ini menggambarkan fase kehidupan manusia sebagai seorang remaja. Terkadang antara nurani dan egonya bertentangan. Pernahkah anda merasakan betapa enggannya kita berbagi tempat duduk di bis kota pada seorang ibu tua? Atau enggannya berbagi uang jajan kepada seorang peminta-minta di lampu merah? Dalam hati ada pertentangan. Jika diberi uang kita habis, kalau tidak diberi kok kasihan. Inilah fase yang digambarkan oleh gerakan ruku’. Seringkali pertentangan itu kemudian dimenangkan oleh ego kita. Ketidakstabilan fase ini ditegaskan lagi adanya gerakan berdiri sebelum sujud. Ini menandakan betapa seringkali pertentangan batin ini dimenangkan oleh ego.

5. Gerakan sujud. Adalah gerakan yang menggambarkan bahwa kini ego berada di bawah nurani. Adalah penggambaran fase kehidupan manusia berada di fase pencerahan. Fase kedewasaan. Cerita hikayat tentang Syaidina Ali bin Abi Thalib. Suatu hari beliau harus membelanjakan uang sebesar 6 dirham ke pasar untuk membeli roti bagi anak-anak beliau. Namun ditengah jalan, beliau bertemu dengan seorang fakir yang sungguh perlu dibantu. Jika beliau masih berada di fase ruku’, tentu bisa dibayangkan apa yang akan dilakukan beliau. Namun beliau memberikan semua uang itu kepada fakir tersebut dengan ikhlas. “Semoga Allah memberikan balasan setimpal kepadamu.” Demikian doa dari sang fakir tersebut. Saat beliau dalam perjalanan pulang, beliau bertemu dengan seorang sahabat yang sedang berlebihan makanan. Dan beliau kemudian dibagi yang jumlahnya lebih dari jumlah yang bisa dibeli dengan uang 6 dirham. Itulah gambaran fase sujud dari seorang Ali bin Abi Thalib.

6. Gerakan duduk. Adalah penggambaran dari kepasrahan. Pasrah dan tawakal atas semua keputusan Allah akan dirinya. Betapa bahwa manusia itu sudah dijamin semua kebutuhan hidupnya di dunia.

7. Dan ucapan salam ke kanan dan ke kiri. Adalah penggambaran betapa kita kelak akan meninggalkan dunia dengan berpamitan kepada orang-orang terdekat kita. Baik yang di kanan, maupun kiri. Dan memberikan doa, semoga engkau diberi keselamatan.

3. Kegiatan keagamaan

- Pengajian rutin

- Peringatan hari-hari besar keagamaan (idul fitri, idul adha)

- Pesantren kilat di bulan ramdhan dll

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template