Kamis, 17 Desember 2009

Hijrah

Saatnya meninggalkan rezim dan sistem Jahiliah

Waktu terus mangalir seperti air, tidak terasa memasuki tahun baru Hijriah 1431H, hampir di seluruh dunia muslim, momentum pergantian tahun ini di isi dengan peringatab dan ceremony tahunan. Namun hendknya pergantian tahun ini menjadi titik penting untuk melkukan penghitungan / evaluasi/ muhasabah diri dan atas pencapaian-pencapaian umat islam pada tahun sebelumnya. Kita perlu menyususri setiap lorong2 waktu dan kesempatan yang dikaruniakan Allah dengan rasa syukur kita dengan Ibadah kepada Allah semata. dengan menyelaraskan amal perbuatan dengan tuntunan huidup Alquran da Assunnah.
Pemaknaan Hijrah yang utuh akan menjadikan umat islam menyadari betapa saat ini kehidupannya masih jauh dari nilai2 hijrah yang telah di contohkan baginda Nabi Muhammad saw, dalam wujud kehidupan nyata di Madinatull Munawwarah.
Bagaimana umat islam saat ini?
Di tingkat global negri2 muslim menjadi objek penjajahan gaya baru dari bangsa barat, Irak dan Afghan porak poranda oleh AS dan sekutunya.Palestina tetap dalam cengkraman Zionis Israel. Komplik terjadi di berbagai negri Muslim karena intrik dan kepentingan negara asing terhadap potensi2 strategisnya. Di negeri barat diskriminasi atas umat islam yang minoritas merupakan pemandangan yang wajib setiap hari. sebaliknya di negeri2 islam sendiri kaum muslimin berada dalam tawanan penguasanya sekalipun mereka mayoritas, negeri2 islam terpecah belah dan dipasungdalam ashabiyah modern yang disebut nasionalisme.
Dimanakan umat Islam?
Akan kah kebangkitan Islam terwujud?
Pertanyaan2 tersebut hanya kita sebagai umat Islam yang bisa menjawabnya....
Semoga bermanfaat.

Selamat tahun baru 1 Muharram 1431H

Bersedekahlah wahai para wanita!

dakwatuna.com – Pernahkah Anda berdagang mendapat keuntungan sepuluh kali lipat? Alangkah bodohnya kita jika menolak mendapat keuntungan tujuh ratus kali lipat!

Keshahihan transaksi itu Rasulullah saw. sendiri yang menjamin. “Barangsiapa yang menafkahkan hartanya untuk membantu peperangan di jalan Allah, maka akan dilipatgandakan pahalanya menjadi tujuh ratus,” begitu kata Rasulullah saw. (Tirmidzi, hadits nomor 1625)

Karena itu tak datang kepada Rasulullah saw. seorang lelaki dengan membawa seekor untanya, seperti yang diceritakan Abu Mas’ud Al-Anshari r.a. Ia berkata, “Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw. dengan menuntun seekor unta yang dilubangi hidungnya. Kemudian ia berkata, ‘Unta ini saya pergunakan untuk berperang di jalan Allah, wahai Rasulullah.’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Kamu akan mendapatkan tujuh ratus unta semisal itu pada hari kiamat, semua dilubangi hidungnya.’” (Muslim, hadits nomor 3508)

Sungguh ini kabar gembira dari Rasulullah saw. Apa yang kita sedekahkan di jalan Allah, kita akan mendapat gantinya hal serupa tujuh ratus kali lipat. Jika kita wakafkan satu rumah untuk majelis taklim, Allah swt. akan mengembalikan 700 rumah kepada kita. Jika kita wakafkan sebuah mobil Kijang Inova, Allah swt. akan membalas dengan 700 mobil Kijang Inova semisal yang kita wakafkan.

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menunbuhkan tujuh tangkai; pada setiap tangkai seratus butir. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 261)

Begitulah janji Allah kepada orang yang berinfak dengan niat yang ikhlas karena Allah swt. semata. Dan infaknya pun disalurkan kepada tempat yang benar, kepada orang-orang yang berhak. Rasulullah saw. mengajarkan perihal ini kepada para sahabatnya. Bahkan, kepada Bilal yang termasuk kalangan sahabat yang fakir secara finansial. “Wahai Bilal, berinfaklah! Jangan takut kekurangan dari Dzat yang mempunyai langit,” demikian sabda Rasulullah saw. (Shahih Al-Jami, hadits nomor 1612)

Jika Bilal yang miskin saja Rasulullah saw. menganjurkan berinfak, bagaimana dengan sahabat yang berpunya?

Anjuran berinfak bukan saja kepada kaum lelaki. Rasulullah saw. bahkan berwasiat khusus kepada kaum wanita. Saat bertemu dengan Asma’, Rasulullah saw. berkata, “Berinfaklah dan janganlah kamu menghitung-hitung hartamu, karena Allah juga akan menghitung-hitung rezeki-Nya untukmu. Dan janganlah engkau bakhil dengan hartamu, karena Allah juga akan bakhil kepadamu.” (Bukhari, hadits nomor 2420)

Pada kesempatan lain, saat usai shalat Idul Adha di sebuah tanah lapang, Rasulullah saw. berseru, “Wahai manusia, bersedekahlah kalian!” Kemudian beliau menuju ke tempat para wanita dan bersabda, “Wahai para wanita, bersedekahlah kalian semua, karena aku telah melihat banyak penghuni neraka adalah dari golongan kalian.”

Mereka berkata, “Ya Rasulullah, mengapa hal itu bisa terjadi?” Rasulullah saw. menjawab, “Karena kalian sering melaknat dan mengingkari pemberian suami. Aku tidak pernah melihat golongan yang lemah akal dan agamanya, namun dapat menghilangkan kejernihan akal seorang lelaki yang teguh selain dari kalian, wahai para wanita.”

Setelah mendengar anjuran itu, para wanita itu segera melepas anting-anting dan cincin mereka. Para shahabiyah itu bersegera menunaikan anjuran Rasulullah saw. Bersedekah.

Kemudian Rasulullah saw. pergi. Sesampai di rumah, datanglah Zainab, istri Abdullah bin Mas’ud. Ia meminta izin untuk bertemu. Salah seorang istri beliau pun berkata, “Wahai Rasulullah, ini ada Zainab.” Kemudian Rasulullah saw. bertanya, “Zainab siapa?” “Zainab istri Abdullah bin Mas’ud,” jawab istri beliau. Rasulullah saw. berkata, “Izinkan ia masuk.”

Setelah masuk, Zainab berkata, “Wahai Nabi Allah, hari ini Engkau telah menyuruh kami untuk bersedekah, dan aku mempunyai perhiasan yang ingin aku sedekahkan, namun Ibnu Mas’ud beranggapan bahwa ia dan anak-anaknya yang lebih berhak menerima sedekahku.” Rasulullah saw. bersabda, “Ibnu Mas’ud benar. Suamimu dan anak-anakmu adalah orang-orang yang paling berhak menerima sedekahmu.” (Tirmidzi, hadits nomor 664)

Begitulah para wanita di zaman Rasululllah saw. Mereka selalu bersegera jika melihat peluang untuk beramal dan berbuat kebajikan. Tidak berpikir dua kali. Sungguh beda dengan kita. Meski setiap hari melihat korban bencana di televisi dan membaca berita bayi-bayi menderita busung lapar di koran, semua itu tidak menggerakkan tangan kita untuk mengulurkan bantuan. Masih asyik dengan hobi kita bershopping ria ke mall-mall.

Senin, 14 Desember 2009

Shalat dan sabar

Renungan 1: Shalat dan Shabar

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS Al Baqarah:45-46)
Kita sering kali mencari pertolongan ke sana ke mari saat kita ditimpa masalah, namun kita (mungkin hanya saya), malah sering lupa untuk meminta pertolongan kepada Allah SWT melalui shalat dan shabar. Shalat adalah bukti ketundukan kita kepada Allah SWT, shalat adalah do’a, shalat adalah ibadah yang bukan hanya memuji Allah SWT tetapi juga berisi permintaan-permintaan kita kepada Allh SWT.
Alangkah indahnya dalam sujud dan ruku’ kita mensucikan dan memuji Allah sebagai simbol ketundukan dan ketaatan kita kepada Allah SWT. Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, jangankan kepada makhluq-Nya yang tunduk
dan taat, bahkan kepada orang-orang yang membangkang pun dengan segala kesombongannya, Allah masih tetapi memberikan nikmat tiada tara.
Mungkin kita perlu membenahi shalat kita, agar sesuai dengan syariat dan menjalankannya dengan penuh kekhusyuan. Kita seharusnya malu jika masih setengah-setengah menjalankan shalat, mengabaikannya, tidak peduli apakah
shalat kita sudah benar atau tidak, dan shalat hanya penggugur kewajiban.

Sudahkah shalat kita sesuai syariat?
Sudahkah kita yakin bahwa shalat kita sudah sesuai dengan syariat? Marilah kita bertanya, apakah takbiratul ihram kita sudah benar? Jika ya, tahukah Anda ayat atau hadits yang membuktikan bahwa takbiratur ihram kita itu sudah benar? Jika kita masih ragu atau masih belum bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, berarti kita masih perlu belajar, masih perlu membuka buku-buku fiqh dari ulama terpercaya.
Inspirasi buat saya, meski sudah seperempat abad saya shalat, saya harus tetap mempelajari bagaimana cara shalat yang benar. Saya harus membaca buku dan bertanya, bagaimana shalat yang benar, dengan mengetahui dalil-dalil yang membuktikan kebenaran tersebut.

Sudahkah shalat kita khusyu’?
Bukan sembarang shalat yang akan menjadi penolong kita. Dalam ayat tersebut, disebutkan bahwa orang yang bisa menjadikan shabar dan shalat sebagai penolong ialah mereka yang khusyu’. Tidak ada ukuran baku dalam shalat khusyu’, oleh karena itu kembali kita meminta kepada Allah SWT agar menjadikan shalat kita dengan khusyu’.
Shalat yang khusyu adalah shalat yang dikerjakan dalam nuansa harap, cemas, dan cinta, serta dengan takbir yang sempurna, lantunan ayat yang tartil, ruku’
dengan tawadhu, sujud dengan diliputi kerendahan hati dan keikhlasan. Tentu tidak lupa harus sesuai dengan syariat. Sebagai tip agar shalat kita lebih khusyu’ ialah dengan menganggap bahwa shalat yang kita lakukan adalah shalat yang terakhir, seperti yang disabdakan oleh Rasulullah saw,
Jika kamu berdiri untuk melaksanakan shalat, maka shalatlah sperti shalatnya orang-orang yang akan berpisah (meninggal). (HR Ibnu Majah)
Subhanallah. Allah sudah menyediakan suatu solusi kepada kita, untuk setiap masalah yang dihadapi. Cara yang lengkap, bukan hanya mengajarkan apa yang harus dilakukan, tetapi juga bagaimana melakukannya dengan baik yang benar. Masihkah kita takut dengan masalah? Masihkah kita menghindari masalah?
Masihkan kita frustasi dengan masalah? Padahal Allah SWT sudah memberikan solusi bagi kita?
Jalani hidup. Hadapi masalah. Jangan menjadi pengecut sehingga kita tidak berkarya, tidak mencoba berbuat sesuatu yang besar karena takut masalah menghadap kita. Banyak pemuda yang enggan menikah karena alasan belum siap, padahal solusi sudah disiapkan oleh Allah SWT. Banyak orang yang tidak mau memikul beban dakwah, padahal solusi sudah disiapkan oleh Allah SWT.
Saat Rasulullah saw dan para sahabat hijrah, mereka meninggalkan kampung halaman, meninggal harta benda, dan meninggalkan keluarga. Mereka mengambil resiko untuk meraih sesuatu yang lebih besar. Mereka tahu, masalah bisa saja muncul baik saat hijrah dan setelahnya. Tetapi mereka tetap menjalaninya, karena mereka yakin masalah yang akan ditemui, Allah SWT sudah menyiapkan solusinya.
Rasulullah saw selalu menjadikan shalat sebagai solusi berbagai masalah seperti yang kita baca dalam berbagai riwayat. Hudzaifa bin Al Yaman
menceritakan, “Jika Rasulullah saw ditimpa sebuah kesulitan beliau bersegera melaksanakan shalat.” Begitu juga yang diriwayatkan oleh Haritsah bin Madhrib, “Aku mendengar Ali ra. berkata, ‘Kamu melihat kami dan segala keadaan kami pada malam perang Badar kecuali Rasulullah saw, beliau mengerjakan shalat dan berdo’a hingga datang waktu subuh.’”
Sering kali saya mendengar jika seseorang sakit dia seolah-olah ada alasan untuk tidak shalat. Padahal justru shalat bisa mengobati penyakit, seperti apa yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah saat dirinya sedang sakit perut. Rasulullah saw. bertanya, “Apa kamu sakit perut?” Ia menjawab. “Benar.” Beliau bersabda, “Berdirilah dam kerjakan shalat. Sesungguhnya dalam shalat itu terdapat kesembuhan.”
Allahuakbar. Marilah kita hadapi hidup dengan tegar. Biarkan masalah datang, tidak usah kita hindari apa lagi lari dari masalah. Saat kita lari dari masalah,
sebenarnya hanya menuju ke masalah yang lain yang mungkin saja lebih besar dari masalah yang kita hadapi saat ini. Kita sudah memiliki solusi dari setiap masalah yang muncul yang sudah disiapkan oleh Allah SWT untuk kita. Marilah jalani hidup dengan lebih semangat dan optimis. Tidak ada alasan untuk tidak.

Saat kesulitan menghimpit, bersabarlah….
Saat kita menghadapi masalah. Saat kita memerlukan pertolongan, yang kita bisa lakukan selain shalat adalah bershabar. Memang ada yang lain? Usaha! Yah usaha, yang sebenarnya usaha adalah bagian dari shabar. Hanya saja usaha dalam rangka shabar lebih bermakna ketimbang hanya usaha saja yang bisa saja membuat kita frustasi.
Memang, makna kesabaran bukanlah kita diam, pasrah, dan menyerah. Shabar bersanding dengan usaha bahkan dalam berbagai ayat kita temukan shabar sering disandingkan dengan kata jihad. Inilah maknanya buat kita,
Usaha/jihad + shabar = pertolongan Allah SWT
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (QS. Ali 'Imraan: 200)
Jadi janganlah cepat menyerah. Majulah terus, usahalah terus, sebab jika kita shabar insya Allah, Allah SWT akan menolong kita karena ini yang diperintahkan-Nya kepada kita. Kenapa harus takut jika ada jaminan dari Allah? Kenapa harus ragu jika Allah SWT akan menolong kita? Ini bukan kata saya, ini ayat Al Quran, yang ditujukan untuk kita semua.
Dengan bershabar, kita akan menjadi lebih semangat dalam menjalani hidup. Bagaimana tidak, pertolongan Allah SWT sudah di depan mata. Tinggal sejauh mana kita bisa meraih pertolongan tersebut dengan kesabaran kita.

Senin, 19 Oktober 2009

waktu adalah sesuatu yang sangat istimewa

Rasa sangat setuju kalau waktu itu adalah suatu hal yg istimewa, bahkan Allah saja sampai membuat surat khusus yang berkenaan dgn waktu wal ashri inna Insa..... dst
Waktu adalah satu-satunya yang dimiliki oleh semua mahluk hidup tapi sifatnya linear.. selalu bergerak gak pernah kembali dan gak berhenti sedetik pun, kecuali akhir zaman ( wawllahualam.. )
Coba kalau qt renung sejenak, rasanya rugi juga yah kalau gak manfaatin waktu dgn baik, bahkan Rasul pun sdh memberikan signal tentang pengunaan waktu ini, bagi yg hari ini sama aja dgn kemarin.. itu sdh disebut rugi, apalagi kehidupan hari ini lebih buruk dari kemarin itu sdh termasuk katagori celaka, yang bagus itu manfaatkan waktu sebaik mungkin agar hari ini jauh lebih baik dari kemarin agar kita termasuk org beruntung,hari ini lebih baik ibadahnya, lebih baik kerjanya, dan lebih baik segalanya..
memang sii masih banyak yg gak memperhitungkan waktu, dianggap masih ada hari esok, lusa atau besok setelah lusa.. he he he.. coba kalau qt perhatiin yang berikut ini, mudah2an qt baru bisa berfikir hebatnya waktu yg qt miliki :
- hebatnya waktu 1 jam : ada seorang yang terlambat masuk ke ruang wawancara masuk kerja, hanya krn terlambat 1 jam.. kenapa terlambat..? mungkin memang selalu telat..., walhasil si receiptionis bilang begiini " maaf pak wawancara ditutup 1 jam yg lalu, bpk sih telat.." coba kalau gak telat.., mungkin dia ada kesempatan untuk merubah nasib di tempat itu.

- hebatnya waktu 5 menit :
ini sy alami sendiri, ketika dibandara ngejar ceckin pesawat ternyata sdh tutup. " maaf pak, boarding baru saja ditutup.. "
" tolong mbak.. sy penting sekali harus pergi krn ada acara " iba sy
" gak bisa, kecuali ikut penerbangan berikutnya sekitar 4 jam lagi.."
coba bayangin aja krn telat 5 menit sy hrs kehilangan waktu 4 jam dan acara yg penting, duh gusti mudah2an gak lagi2 deh

- hebatnya waktu 1 detik :
Jangan kira 1 detik itu tdk berharga..?, lihat aja di rumah sakit yang habis kecelakan, coba tanyain aja.. apa istimewanya waktu 1 detik mereka, jawabnya
" kalau sy masih bisa melek 1 detik saja... maka mobil sy tidak keluar dari jalur TOL "
sedangkan jawaban yang lain
" kalau saja sy masih bisa injak rem 1 detik sebelumnya maka sy bisa menghindari kendaraan didepan sy.."

Itu kan kalau 1 jam, kalau 5 menit atau kalau 1 detik,,,,, mungkin ada yg bertanya seperti itu..? berharganya waktu yg diciptakan Allah utk ummatnya juga ditunjukan dalam dahsyatnya harga waktu sepersekian second.
Kalau gak percaya..? coba tanya para pelari cepat ( sprinter ) 100 meter... seberapa berharganya waktu sepersekian second buat mereka...?

Minggu, 11 Oktober 2009

Perbesar husnudzdzan sama Allah

Karena Kemurahan Allah lah kita-kita yang berlumuran dosa ini masih panjang umur, dan \"cuma\" mendapatakn bala yang sekarang dirasa. Kalau tidak, kita dihabisi-Nya. Namun lihat, di balik smua kesusahan yang terasa, Allah masih mngucurkan Karunia-Nya. Allah saja bersabar dalam melihat hamba-hambaNya yang bermaksiat dan menanti hamba-Nya bertaubat. Maka seyogyanya kita juga demikian. Perbesar husnudzdzan sama Allah, dan tetap istiqamah dalam taubatan nasuha. Sebagai gambaran ya:

# Bila kita kena dosa syirik, harusnya tidak terampuni. Kita langsung di-cut oleh Allah dari dunia, dan dilempar keluar untuk kita dipersilahkan Allah mencari perlindungan dari tuhan yang kita jadikan tuhan selain Allah.

# Jika kita meninggalkan 1 sholat shubuh saja, maka kita ditaroh di neraka selama 68 tahun yang perhitungan 1 hari nya minim-minim 1000 tahun di dunia. Wuih. Dan itu masih ditambah sederet mampir-mapir di neraka saqor, neraka yang penuh dengan ular. Di alam kuburnya, masih ditambah ketemu dengan ular syuja-ul aqro, ular dengan 16 kepala. Rasul bersabda, kepala-kepala itu ular di dunia, berwujud hutang yang tidak terbayar, penyakit yang tidak kunjung sembuh, keberkahan yang dicabut, dan masih banyak lagi rupanya itu ular.

# Jika kita durhaka sama orang tua, maka Allah tidak ridho. Sedang kita bisa mengerjakan sesuatu, berhasil di urusan sesuatu, sakses di urusan sesuatu, sebab ridho-Nya. Termasuk ketika berusaha menyelesaikan urusan-urusan, kalo ga ada ridho-Nya, ga akan beres. Maka ketika kita durhaka, keridhaan itu dicabut, mati langkah lah kita.

# Jika kita pezina yang masih bujang, 40 tahun susahnya. dan tidak disebut berzina, kecuali kemaluan lelaki masuk di kemaluan perempuan (maaf). Dan sayangnya pezina-pezina itu selalu melakukan koitus berkali-kali. Artinya, berkali-kali masuk-cabut-masuk (sekali lagi maaf). Sehingga tidak disebut zina, sekali jalan puas. Melainkan ia berkali-kali, hingga kemudian terpuaskan. Sekali zina, bisa berkali-kali ukuran fiqih senggamanya. Artinya apa? Jika 2-3x saja perlu keluar masuk, maka sdh 80-120 tahun susahnya. dan itu sama saja dengan seumur hidup susah. Sedangkan bila pezina itu sudah berkeluarga, maka hukuman semestinya adalah hukuman mati. Lalu kita dibiarkan lepas, bebas. Maka sesungguhnya kita sudah dianggap mati. Gedebong pisang. dan ini sama saja engga dianggep kita ini hidup oleh Allah.

# Doa rizki haram? Mutusin silaturahim? Ninggal shalat sunnah? Wuih, banyak banget. Kiranya, karena Allah itu Maha Pengampun lah kita benar-benar masih beroleh hidup dan masih diberi-Nya karunia. Salah satu karunia terbesar adalah diberi-Nya kita pengampunan dan kesempatan untuk memohon ampun dan mengejar keburukan dengan kebaikan-kebaikan. Jangan lihat kesusahan kita, tapi lihatlah kesempatan yang Allah berikan ini. Insya Allah tetap ada percepatan bagi yang kepengen segera keluar dari keterpurukannya.

Silahkan dipelajari lebih lanjut di DVD-DVD dan buku-buku Wisatahati yang bertebaran, dan mulailah berkenalan dengan al Qur\'an lagi.
Mudah-mudahan DVD-DVD dan buku-buku bisa mulai sebagai teman belajar. KuliahOnline dan DhuhaaCoffee pun digelar di web sebagai bentuk belajar setapak demi setapak, setahap demi setahap, hingga kemudian banyak orang bisa dikeluarkan dari kegelapan menuju Cahya-Nya. Insya Allah, Allah akan menolong hamba-hambaNya yang ikhlas menerima segala Ketentuan-Nya. dan insya Allah pula saya do`akan, dan kiranya demikian pulalah kita semua.
Doakan sahabat-sahabat yang lain agar beroleh ampunan-Nya, dan diberi-Nya selalu kesempatan ke-2, ke-3, ke-4, dan seterusnya.

Dan sebagai salam akhir, rasanya yang penting buat kita bukan lagi apakah hutang kita bisa selesai... apakah penyakit bisa sembuh, hajat kita bisa kecapai, masalah kita bisa selesai... Namun, yang lebih penting adalah apakah kita bisa diampuni Allah? Apakah kita bisa meninggal dalam keadaan husnul khaatimah? Apakah kita bisa menyelamatkan anak keturunan dan keluarga kita agar tidak seperti kita? Apakah kita bisa menasihati diri kita dengan pengalaman bertuhannya kita? Apakah kita bisa memberi nasihat orang-orang yang belum terjebak dosa seperti kita? Apakah kita bisa mengajak serta pendosa-pendosa serupa dengan kita untuk sama-sama bertaubat? Apakah kita mau mendekatkan diri dengan Allah? Apakah kita mau menghiasi hidup dengan amal saleh, mencoba sabar dan tidak mengeluh sedikitpun? Setelah itu, kita terima segala kesusahan sebagai bentuk Kasih Sayang-Nya Allah yang bisa menghabisi semua dosa kita dan keluarga kita di sisa umur kita. Sesungguhnya, tidak ada satupun mukmin dan
mukminah yang tertimpa bala dan musibah, melainkan akan keluar jasadnya dalam keadaan bersih, Allah naikkan derajatnya, Allah ampunkan dosanya, dan Allah berikan kebaikan sebagai balasan keridhaannya menerima takdir-Nya.

Doa saya untuk semuanya. Segitu ngerinya hukuman di balik dosa-dosa kita, besarkan hati dengan Ampunan-Nya. Kalau manusia datang ke Allah dengan dosa sebesar gunung, maka Allah akan memberikan ampunan sebesar gunung juga. Jika datang dengan dosa seluas daratan, sedalam lautan, sebanyak butiran pasir di padang pasir, maka Allah pun akan memberikan ampunan sebesar itu pula. Bahkan masih bertambah-tambah lebih banyak lagi dengan Kasih Sayang-Nya. Mari semangat tuk benar-benar berubah dan memperbaiki diri dan ibadah kita.

Sabtu, 05 September 2009

Mengisi Bulan Ramdhan

Upaya memakmurkan Masjid

Masjid berarti tempat untuk bersujud. Secara terminologis diartikan sebagai tempat beribadah umat Islam, khususnya dalam menegakkan shalat. Masjid sering disebut Baitullah (rumah Allah), yaitu bangunan yang didirikan sebagai sarana mengabdi kepada Allah

Banyak Masjid didirikan umat Islam, baik Masjid umum, Masjid Sekolah, Masjid Kantor, Masjid Kampus maupun yang lainnya. Meskipun telah dikelola oleh pengurus, namun secara umum pengelolaan (management) Masjid kita masih memprihatinkan.
Apa kiranya solusi yang bisa dicoba ditawarkan dalam meng-aktualkan fungsi dan peran Masjid di era modern? Hal ini selayaknya perlu kita pikirkan bersama, agar Masjid dapat menjadi sentra aktivitas kehidupan umat sebagaimana telah ditauladankan oleh Rasulullah bersama para sahabatnya.

Masjid yang makmur adalah masjid yang berhasil tumbuh menjadi sentral dinamika umat, benar-benar berfungsi sebagai tempat ibadah dan pusat kebudayaan islam dalam arti luas. Adalah tugas da tanggung jawab seluruh umat islam untuk memakmurkan masjid, sebagaimana :

Firman Allah dalam QS Attaubah : 18

”Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada-Nya dan hari kemudian, serta (tetap) mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun), kecuali kepada Allah. Maka, mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Attaubah [9]: 18).


Upaya yang dilakukan untuk memakmurkan masjid tergantung dari kesadaran diri pribadi seorang muslim, yaitu :

1.Kegiatan Pembangunan

Mesjid perlu di pelihara sebaik-baiknya, misalnya dengan diadakan agenda membersihkan mesjid baik seminggu sekali atau minimal 1 bulan sekali. Sehingga ketika kita melaksanakan ibadah dengan tempat yang bersih akan menambah rasa khusu kita dalam beribadah

2. Kegiatan Ibadah

Meliputi Shalat berjamaah 5 waktu, shalat Jumat, dan shalat taraweh.

Saya akanmenekankan pada shalat berjamaah , karena sangat penting bagi kta, merupakan sunnah Muakkad dan Sabda Rasul :

“nilai shalat berjamaah lebih utama dan lebih mulia dari pada shalat sendiri dengan 27 derajat.”

Filosofi Shalat berjamaah, mengandung pelajaran :

Abu Mas'ud r.a., sahabat Nabi saw, menyampaikan sebuah kisah. Suatu ketika, saat hendak shalat berjamaah, Nabi menyentuh setiap bahu kami sambil bersabda: "Luruskan shafmu, jangan bengkok-bengkok. Shaf yang bengkok akan menyebabkan hatimu terpecah-belah." (HR Muslim).

Hadis tersebut mengandung makna yang sangat patut kita renungkan. Ternyata ada hubungan yang erat antara keadaan shaf umat Islam ketika salat berjamaah dengan keadaan hati mereka. Padahal, hati itulah yang menentukan rasa persaudaraan, persatuan, dan kesatuan umat.

PAhala Shalat Subuh berjamaah :

Sabda Rasulullah saw, yang di riwayatkan oleh dari Abu Hurairah RA Rasulullah bersabda :

“ Kalau sekiranuyya manusia mengetahui apa yang tersembunyi dalam adzan dan shaf pertama, maka mereka tidak akan mendapakan bagian kecuali dengan jalan di undi didalamnya, niscaya mereka akan ikut serta dalam undian (banyak yang berbondong-bondong guna mendapatkan shaf pertama). Dan jika mengetahui apa yang di dapatkan di awal kedatangan (Shalat berjamaah), niscaya akan berlomba-lomba. Dan jika mereka mengetahui apa yang tersimpan di dalam shalat shubuh dan isya maka mereka akan mendatanginya walau dengan merangkak”. (HR Al Bukhari)

“ Dua Rakaat fajar (shalat sunnah sebelum shubuh) lebih baik dari dunia dan seisinya:. (HR Muslim)

“ Barang siapa mengerjakan shalat shubuh dengan berjamaah kemudian duduk berdzikir kepada Allah hingga terbit matahari, kemudia shalat 2 rakaat, maka baginya seperti pahala haji dan umrah yang ditunaikan dengan sempurna…. Dengan sempurna… dengan sempurna” (HR At-Tirmidzi)

Filosofi sholat:

1. Takbir al-Ihram :isyrat untuk memohon ampun dari segala dosa dan kesalahan.

Visualisasi orang yang lemah dia aniaya maka ia mengangkat tanganya di artas kepala dan bilang ampun..2

2. Meletakkan kedua tangan di atas dada dalam keadaan berdiri. Tangan kiri dipegang oleh tangan kanan. Maknanya :

a. Pertama, bahwa posisi kiri merupakan simbol dari kejelekan atau kejahatan (Ahli syimal=Neraka) sedangkan posisi kanan merupakan simbol dari kebaikan (Ahli Yamin=Syurga)

b. Kedua, Posisi berdiri mengandung makna perjalanan hidup (Subul Al-hayat) manusia sejak lahir sampai meninggal dunia. Oleh karena itu hiduplah di jalan kebenaran secara konsekuen dan istiqomah dan jangan hidup di jalan kejahatan atau kesesatan yang hina.(QS. al- Mulk : 2).

3. Pandangan selalu menunduk ke tempat sujud. Gerakan tersebut mengandung makna bahwa dalam perjalanan hidup di dunia manusia harus senantiasa ingat akan tanah tempat sujud artinya kematian, sebab kematian merupakan nasihat yang paling efektif bagi manusia yang berakal.

4. Gerakan berikutnya adalah ruku.. Adalah gerakan yang menggambarkan bahwa ego dan nurani berada dalam posisi yang sama, sejajar. Fase ini menggambarkan fase kehidupan manusia sebagai seorang remaja. Terkadang antara nurani dan egonya bertentangan. Pernahkah anda merasakan betapa enggannya kita berbagi tempat duduk di bis kota pada seorang ibu tua? Atau enggannya berbagi uang jajan kepada seorang peminta-minta di lampu merah? Dalam hati ada pertentangan. Jika diberi uang kita habis, kalau tidak diberi kok kasihan. Inilah fase yang digambarkan oleh gerakan ruku’. Seringkali pertentangan itu kemudian dimenangkan oleh ego kita. Ketidakstabilan fase ini ditegaskan lagi adanya gerakan berdiri sebelum sujud. Ini menandakan betapa seringkali pertentangan batin ini dimenangkan oleh ego.

5. Gerakan sujud. Adalah gerakan yang menggambarkan bahwa kini ego berada di bawah nurani. Adalah penggambaran fase kehidupan manusia berada di fase pencerahan. Fase kedewasaan. Cerita hikayat tentang Syaidina Ali bin Abi Thalib. Suatu hari beliau harus membelanjakan uang sebesar 6 dirham ke pasar untuk membeli roti bagi anak-anak beliau. Namun ditengah jalan, beliau bertemu dengan seorang fakir yang sungguh perlu dibantu. Jika beliau masih berada di fase ruku’, tentu bisa dibayangkan apa yang akan dilakukan beliau. Namun beliau memberikan semua uang itu kepada fakir tersebut dengan ikhlas. “Semoga Allah memberikan balasan setimpal kepadamu.” Demikian doa dari sang fakir tersebut. Saat beliau dalam perjalanan pulang, beliau bertemu dengan seorang sahabat yang sedang berlebihan makanan. Dan beliau kemudian dibagi yang jumlahnya lebih dari jumlah yang bisa dibeli dengan uang 6 dirham. Itulah gambaran fase sujud dari seorang Ali bin Abi Thalib.

6. Gerakan duduk. Adalah penggambaran dari kepasrahan. Pasrah dan tawakal atas semua keputusan Allah akan dirinya. Betapa bahwa manusia itu sudah dijamin semua kebutuhan hidupnya di dunia.

7. Dan ucapan salam ke kanan dan ke kiri. Adalah penggambaran betapa kita kelak akan meninggalkan dunia dengan berpamitan kepada orang-orang terdekat kita. Baik yang di kanan, maupun kiri. Dan memberikan doa, semoga engkau diberi keselamatan.

3. Kegiatan keagamaan

- Pengajian rutin

- Peringatan hari-hari besar keagamaan (idul fitri, idul adha)

- Pesantren kilat di bulan ramdhan dll

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template